Penyakit Anoreksia Serupa Dengan Diabetes?

Anoreksia (kehilangan selera makan) diperkirakan sebagai penyakit yang disebabkan gangguan biologis, seperti halnya diabetes. Namun para psikiater mengingatkan penderita anoreksia agar tidak segera meninggalkan pengobatan yang telah ada karena teori itu belum teruji.

Teori baru tentang anoreksia tersebut dicetuskan oleh Donard Dwyer. Ia melakukan studi berdasarkan hasil riset sebelumnya yang menemukan proses genetik dan sel tertentu yang aktif justru pada saat organisme seperti ragi, lalat buah, tikus, dan manusia merasa kelaparan.
Dwyer menduga, metabolisme pada orang yang respons terhadap rasa laparnya rusak, telah kacau pada saat mereka mulai diet. Dalam teorinya, tubuh penderita anoreksialah yang mencegah mereka untuk makan, bukan sikap keras kepala atau gangguan mental.

Dengan begitu, teori baru ini bisa menjelaskan mengapa sangat sulit meyakinkan pasien anoreksia bahwa ada yang salah pada diri mereka. "Sebab, apabila kita tidak memahaminya sebagai fungsi metabolik, pengobatan tahap awal pada pasien anoreksia yang kondisinya sudah amat parah tidak akan berhasil," kata Dwyer.

Dwyer melihat kondisi anoreksia yang mirip dengan diabetes. Hanya saja, pemicu anoreksia adalah kebiasaan diet atau kebiasaan makan dengan porsi sedikit yang kronis. Selain itu, proses molekul yang kacau bisa menjadi petunjuk adanya perubahan biologis yang terjadi saat kelaparan.

Dalam studinya, Dwyer bersama koleganya mefokuskan diri pada perubahan genetik dan kejadian pada tingkat sel yang disebut jalan IGF-1/Akt/FOXO. Organisme dari ragi sampai dengan manusia mengaktifkan jalan ini sebagai respons terhadap rasa lapar, sehingga memicu berbagai perubahan biologis termasuk keinginan untuk mencari makanan. Apabila jalan ini ternyata tidak bekerja dengan semestinya, secara teoretis dapat memicu anoreksia.

Apabila Dwyer benar, pasien anoreksia yang sulit diobati mungkin memerlukan obat untuk mengembalikan fungsi metabolismenya, seperti halnya pasien diabetes yang memerlukan suntikan insulin.

Namun Timothy Walsh, psikiater dari Columbia University menyebut teori Dwyer ini masih bersifat spekulatif. Pasalnya, belum  ada hasil pengujian terhadap manusia sebagai bukti yang mendukung. "Teori ini juga baru memberikan sebagian jawaban, bukan sebuah solusi lengkap," tambahnya.

You Might Also Like

0 komentar