Teknik biopori, metode sederhana antisipasi banjir

  • Rabu, Oktober 30, 2013
  • By Tri Haryadi
  • 0 Comments

Situasi dimana banjir kerap paling sering terjadi adalah manakala hujan deras mengguyur suatu wilayah dengan begitu hebatnya sehingga debit air yang besar tidak lagi dapat tertampung oleh penyerapan tanah ataupun dialirkan melalui saluran-saluran sanitasi air seperti got, sungai, rawa ataupun kantung-kantung air lainnya. Namun, banjir tidak selalu disebabkan oleh hujan deras. Banjir dapat merupakan hasil dari fenomena lainnya, terutama di daerah pesisir di mana genangan dapat disebabkan oleh gelombang badai yang terkait dengan siklon tropis, tsunami atau air pasang bertepatan dengan tingkat sungai yang lebih tinggi. Selain dengan teknik biopori, orang sudah mampu menemukan bermacam teknik lainnya dalam mencegah banjir. 

Disini tidak didiskusikan mengenai bagaimana mengatasi banjir dengan teknik biopori atau teknik lainnya akan tetapi mengenai pemahaman akan penyebab banjir. Alasan yang utama adalah mengenai kegagalan bendungan yang dipicu misalnya karena masalah gempa bumi. Ini akan mengakibatkan banjir di daerah hilir bahkan dalam kondisi cuaca kering. Faktor lain yang dapat berkontribusi untuk banjir meliputi volume dari curah hujan. Tentu saja semakin tinggi curah hujan akan semakin besar kemungkinan untuk terjadinya banjir.
Sebagai langkah pencegahan, maka dapat dengan melakukan hal-hal sederhana seperti memulai penghijauan dengan menanam tanaman atau pohon. Dengan menanam pohon, maka tanah akan lebih gembur, cenderung menyerap air, menjadi lebih subur dan lingkungan juga lebih asri. Tindakan yang kedua adalah dengan membentuk sumur resapan kecil di halaman depan atau belakang rumah sebagai penyerap air yang efektif.

Kedalaman dan lebar sumur ini sangat bervariasi namun pada umumnya diameter sumur yang biasa disebut sebagai biopori ini memiliki kedalaman dari 80 hingga 100 centimeter dengan diameter 10 hingga 15 centimeter. Sumur yang telah dibuat selanjutnya di isi dengan sampah daun-daunan ataupun sayur-sayuran bekas yang tidak termakan. Pembusukan yang terjadi didalam lubang tersebut dalam 2 atau 3 minggu dapat menghasilkan kompos yang selanjutnya bisa Anda manfaatkan sebagai pupuk tanaman organik yang sangat baik buat tanaman ataupun kesuburan tanah itu sendiri.

Selanjutnya adalah karena kondisi topografi yang juga berpengaruh pada pasang dan surutnya air. Ini tentu akan menentukan bagaimana Anda akan lebih beresiko dalam terkena banjir. Bila Anda menjadi semakin perhatian mengenai bagaimana Anda mencegah banjir, tentu Anda akan menjadi semakin tahu pentingnya mencegah dan menanggulangi banjir. Anda juga dapat berkonsultasi pada ahlinya terlebih dahulu. Biasanya wilayah-wilayah yang kerap tergenang air pada saat musim hujan, justru akan didera kekeringan manakala musim kemarau datang. Oleh karena dimanapun tempat tinggal Anda, konservasi air tetap menjadi prioritas utama karena penghematan air juga menjadi salah satu bentuk penghematan biaya dan energi.

You Might Also Like

0 komentar