Dikira Hampir Punah, Kucing Bakau Tertangkap Kamera di Surabaya
- Rabu, Oktober 11, 2017
- By Tri Haryadi
- 0 Comments
Meskipun sekilas terlihat kering, tapi tanah itu amblas begitu diinjak. Adalah Iwan Febrianto, Agus Azhar dan Dwi Cipto yang tergabung dalam Wildlife Photography Surabaya (WPS) yang tetap bersemangat untuk memasang camera trap di hutan mangrove sekitar Pantai Timur Surabaya.
Kegiatan tersebut bukan tanpa sebab, selain bertujuan untuk terus melestarikan hutan bakau, komunitas ini juga sedang bersemangat mengobservasi keberadaan kucing bakau yang diduga masih bisa dijumpai di hutan mangrove Pantai Timur Surabaya. Kucing bakau yang bernama latin Prionailurus viverrinus ini adalah kucing liar berukuran sedang yang ditemukan di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2008 mengklasifikasikan kucing ini terancam punah karena mereka terkonsentrasi di habitat lahan basah. Keberadaan mereka semakin terdesak karena lahan basah mangrove semakin sering dijadikan permukiman manusia.
Awal mula anggota WPS tertarik untuk mengamati kucing bakau berawal tahun lalu. Saat itu salah satu WPS, Agus Azhari, secara tak sengaja memotret keberadaan kucing bakau yang selama ini belum pernah ia jumpai di kawasan hutan mangrove Pantai Timur Surabaya.
Padahal Agus sudah sejak 1998 mengamati keberadaan satwa terutama burung di hutan mangrove ini. Dan selama itu, dia belum pernah menjumpai kucing dalam hutan mangrove. Setelah mendapatkan foto pertama kucing bakau September tahun lalu, Agus mendiskusikan bersama teman-temannya di WPS soal temuannya itu. Mereka mendiskusikan kira-kira jenis kucing apa yang tertangkap kamera tersebut.
Baru tahun ini komunitas ini kemudian bersepakat untuk mengadakan observasi lanjutan soal kucing bakau itu. Ada jeda waktu yang lama untuk mengadakan observasi, karena komunitas terkendala dengan pengadaan camera trap.
"Anggota komunitas patungan dengan uang pribadi untuk membeli camera trap yang harga per unitnya sekitar Rp 5 juta. Kami membeli camera trap sebanyak lima unit," kata Iwan anggota WPS lainnya.
Setelah memiliki camera trap, awal September kemarin, komunitas ini kemudian memasang lima unit camera trap di lima area di hutan mangrove Pantai Timur Surabaya. Lima wilayah itu, mereka menyebutnya sebagai Wonorejo I sampai dengan V. Sebutan Wonorejo sesuai dengan nama kelurahan tempat hutan mangrove Pantai Timur Surabaya ini berada.
"Penamaan wilayah I sampai V, sebenarnya sebutan kami saja untuk membedakan wilayah pemotretan," kata Iwan.
Camera trap kemudian dipasang di setiap wilayah I Wonorejo sampai dengan V. Lama pemasangan sampai hampir satu bulan. Mereka sengaja tak terlalu sering memeriksa camera trap karena khawatir "bau" manusia bakal membuat kucing bakau ogah mendekat kamera.
Hingga akhirnya akhir September kemarin mereka memeriksa camera trap. Dari lima kamera yang terpasang, salah satunya menangkap keberadaan kucing bakau di hutan mangrove Pantai Timur Surabaya.
"Atas hasil dua temuan ini, kami mendiskusikan dengan para ahli yang tergabung dalam fishing cat group. Grup ini adalah grup para ahli di bidang kucing bakau dari berbagai negara. Tiga dari lima ahli, berpendapat jika temuan itu adalah kucing bakau," kata Iwan.
Namun meski, sudah ada ahli yang berpendapat bahwa temuan mereka adalah kucing bakau, namun WPS tetap meminta kepada pemerintah untuk mengadakan observasi lanjutan, untuk memastikan keberadaan kucing bakau tersebut.
Ilmuwan mengatakan seringkali orang salah mengidentifikasi antara kucing bakau dengan kucing leopard yang memiliki habitat dan jejak yang mirip.
Hutan mangrove vs rumah mewah
Namun sekarang, untuk menuju lokasi yang sama, sudah ada jalan berlapis paving selebar dua mobil berpapasan. Ditambah lagi dengan keberadaan rumah mewah yang letaknya sekitar 100 meter ujung jalan paving.
"Hutan mangrove Pantai Timur Surabaya ini adalah batas akhir satwa liar yang masih dimiliki oleh Surabaya. Jangan sampai bergeser terus apalagi punah," kata dia.
Asal tahu saja, selain diduga masih menyimpan populasi kucing bakau yang hampir punah, hutan mangrove Pantai Timur Surabaya juga menjadi important bird area. Dalam bulan-bulan tertentu di setiap tahun, ada ribuan burung pantai seperti Kedidi Merah, Kedidi Besar, Trinil Ekor Kelabu yang singgah di hutan mangrove Pantai Timur, Surabaya.
Mereka berasal dari daerah tundra Artik, seperti Rusia, Siberia untuk menghindari musim dingin. Itu terjadi sekitar September-April. Mereka kemudian mampir di hutan mangrove Pantai Timur Surabaya untuk beristirahat, untuk kemudian meneruskan perjalanan menuju Australia dan Selandia Baru.
0 komentar